Agenda setting dalam komunikasi internasional
MAKALAH
KOMUNIKASI INTERNASIONAL
Agenda setting dalam komunikasi internasional
1. Latar Belakang
Komunikasi massa merupakan sumber kajian potensial
yang memiliki bidang bahasan yang cukup luas dan mendalam, dan juga didukung
oleh teori yang lumayan banyak jumlahnya. Hal ini bisa dipahami sebab ilmu
komunikasi yang kita kenal sekarang ini, merupakan proses evaluasi panjang dari
ilmu komunikasi massa, yang awalnya hanya dikenal sebagai ilmu media massa atau
ilmu pers yang juga merupakan hasil elaborasi dari ilmu publisistik (ilmu
persurat-kabaran).
Sejak
tahun 1960-an, perkembangan ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada
spesialis. Menurut Rogers (1986) perkembangan studi komunikasi sebagai suatu
disiplin telah mulai memasuki periode take off (tinggal landas) sejak
tahun 1950. Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode teknologi
komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor seperti, kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer, televisi, dan smartphone.
Tumbuhnya
industri media yang tampaknya tidak hanya bersifat nasional tetapi juga
regional dan global. Ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global
atau internasional khususnya dalam konteks center periperhy. Semakin
gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara. Semakin meluasnya
proses demokratisasi ekonomi dan politik.
Arus penyebaran dan pemusatan informasi regional dan
global (misalnya transborder data flow), aspek-aspek politik dan ekonomi
informasi, kompetisi antar industri media, dampak manusia mesin, dampak
telekomunikasi terhadap hubungan antarbudaya, serta aspek-aspek yang menyangkut
manajemen informasi. Pendekatan disiplin ekonomi di masa sekarang ini merupakan
yang mempunyai nilai tambah.
Setiap
kegiatan manusia berasal dari pandangan evaluasi dunia. Tiada pandangan dunia
tanpa informasi, tiada evaluasi dunia tanpa ulasan, Publisistik menyertai
perubahan budaya, sering berhasil mencapainya tidak saja dalam bentuk perubahan
berangsung-angsur, tetapi juga perubahan yang revolusioner.
Selama
lebih dari satu generasi dalam penelitian tentang efek media massa, terdapat
perkembangan pemikiran mengenai proses efek tersebut. Beranggapan bahwa media
massa tidak hanya memiliki efek langsung terhadap individu, tetapi juga
mempengaruhi kultur, pengetahuan kolektif, dan norma serta nilai-nilai dari
suatu masyarakat. Media massa telah menghadirkan seperangkat citra (images),
gagasan, dan evaluasi dari mana audience dapat memilih dan menjadikan
acuan bagi perilakunya. Misalnya dalam hal perilaku seksual, media massa
memberikan suatu pandangan kumulatif mengenai apa yang dianggap normal dan apa
yang disetujui atau tidak disetujui.
Dari
beberapa asumsi mengenai efek komunikasi massa, satu yang bertahan dan
berkembang dewasa ini menggangap bahwa media massa dengan memberikan perhatian
pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap
pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberikan
media menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu
yang berbeda. Asumsi ini berhasil lolos dari keraguan yang ditujukan kepada
penelitian komunikasi massa yang menganggap media massa memiliki efek yang
sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan
bukan dengan perubahan sikap atau pendapat. Studi empiris terhadap komunikasi
massa telah mengkonfirmasikan bahwa efek yang cenderung terjadi adalah dalam hal
informasi.
A. 2. Rumusan
Masalah
- 1. Apa definisi dari Agenda Setting ?
- 2. Apa hubungan agenda setting dalam komunikasi internasional ?
- 3. Bagaimana agenda setting untuk mempengaruhi komunikasi di dalam negeri dan di luar negeri ?
B. 3. Tujuan
Makalah
- 1. Untuk
mengetahui pengertian dari teori Agenda Setting
- 2. Mengetahui
bahwa teori agenda setting bisa memberi kebaikan atau kerugian bagi Masyarakat
di dalam negeri maupun luar negeri
- 3. Mengetahui
cara menggunakan teori agenda setting dalam berkomunikasi internasional secara
baik dan benar.
4. Teori Agenda Setting
Dari
beberapa asumsi mengenai efek komunikasi massa,satu yang bertahan dan
berkembang dewasa ini menggangap bahwaw media massa dengan memberikan perhatian
pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap
pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan
media massa dan menerima susunan prioritas yang diberitakan media massa
terhadap isu=-isu berbeda. Asumsi ini berhasil lolos dari keraguan yang
ditunjukan pada penelitian komunikasi massa yang menggangap media massa
memiliki media yang kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses
belajar dan bukan dengan perubahan sikap atau pendapat. Studi empiris terhadap
komunikasi massa telah mengkorfirmasi bahwa efek cenderung terjadi adalah dalam
hal informasi.
Teori
agenda setting pertama kali dikemukakan oleh Walter Lippman (1965) pada konsep
“The World Outside and The Picture in Our Head” yang sebelumnya telah menjadi
bahan pertimbangan oleh Bernard Cohen (1963) dalam konsep “The mass media
may not be successful in telling us what to think, but they are stunningly
successful in telling us what to think about". Penelitian empiris ini
dilakukan Maxwell E. McCombs dan Donald L. Shaw ketika mereka meneliti
pemilihan presiden tahun 1972. Mereka mengatakan, walaupun para ilmuwan yang
meneliti perilaku manusia belum menemukan kekuatan media seperti yang
disinyalir oleh pandangan masyarakat yang konvensional, belakangan ini mereka
menemukan cukup bukti bahwa para penyunting dan penyiar memainkan peranan yang
penting dalam membentuk realitas sosial kita. Itu terjadi ketika mereka
melaksanakan tugas keseharian mereka dalam menonjolkan berita. Khalayak bukan
saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, mereka
juga belajar sejauh mana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang
diberikan oleh media massa.
Teori
Agenda Setting ini menciptakan public awareness (kesadaran masyarakat) dengan
menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar,
dibaca, dan dipercaya di media massa. teori ini juga menawarkan suatu cara
untuk menghubungkan temuan ini dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap
pendapat, karena pada dasarnya yang ditawarkan adalah suatu fungsi belajar dari
media massa. Orang belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimana isu-isu tersebut
disusun berdasarkan tingkat kepentingannya.
Teoritisi
utama agenda setting ini adalah Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Mereka
menuliskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal
lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti
penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan
penekanan terhadap topik tersebut. Contohnya, dalam merefleksikan apa yang
dikatakan oleh para kandidiat dalam suatu kampanye pemilu Presiden di Indonesia,
media massa terlihat menentukan mana topik yang penting. Dengan kata lain,
media massa menetapkan “Agenda” kampanye tersebut.
Para
Ahli lainnya juga berpendapat soal teori Agenda Setting ini, seperti dari Chaffe
dan Berger (1997) mengemukakan beberapa catatan untuk memperjelas teori ini,
yaitu : Teori itu mempunyai kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang
sama-sama menanggap penting suatu isu, teori itu mempunyai kekuatan
memprediksikan sebab memprediksi bahwa jika orang-orang mengekpos pada satu
media yang sama, mereka akan merasa isu yang sama tersebut penting, dan teori
itu dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama
maka mereka tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu media itu penting.
Lalu
Stephen W.Littlejohn (1992) juga mengatakan, agenda setting beroperasi dalam
tiga bagian, yaitu : Agenda media itu sendiri harus diformat, proses ini akan
memunculkan masalah bagaimana agenda media itu terjadi pada waktu pertama kali,
agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda
publik atau kepentingan isu tertentu bagi public, pernyataan ini memunculkan
pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu memengaruhi agenda publik untuk
bagaimana publik itu melakukannya, dan agenda publik memengaruhi atau
berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adakah pembuatan
kebijakan publik yang dianggap penting bagi individu.
Teori
Agenda setting juga berperan untuk membingkai suatu berita dan membuat berita
tersebut menjadi suatu pemberitaan yang penting dan menjadi perbincangan di
kalangan masyarakat luas. Berita - berita tersebut nantinya memiliki beberapa
fungsi selain sebagai ilmu pengetahuan, berita tersebut juga mampu mengubah
perilaku dan gaya hidup seseorang.
Asumsi
agenda-setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah
untuk diuji. Dasar pemikiran nya adalah diantara berbagai topik yang dimuat media
massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih
akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu
tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian
media. Tetapi teori ini terkadang memiliki kelemahan seperti liputan media
sering kali tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Hal
ini dikarenakan bahwa teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada
media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Dalam memenuhi
kebutuhan secara psikologis dan sosial, audiens menjadi tergantung pada media
massa.
Bernard
C. Cohen (1963) mengatakan bahwa pers mungkin tidak berhasil banyak pada saat
menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para
pemirsa dalam berpikir tentang apa. Ini termasuk dalam kelebihan dari teori
agenda setting sementara yang lainnya adalah memiliki asumsi bahwa suatu berita
mudah dipahami dan mudah untuk diuji. Dari kelemahan dan kelebihan yang
dimiliki teori agenda setting tentu ada saja dampak negatif dan positifnya.
Permasalahan
agenda - setting terletak pada maraknya fenomena pemberitaan palsu atau berita
bohong, karakteristik pemberitaan pada negara non - demokratis serta agenda -
setting dalam membahas isu - isu dunia online. Teori agenda setting sendiri
menciptakan kesadaran masyarakat dengan memperlihatkan isu yang dianggap paling
penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan dipercaya di media massa.
Dalam
teori agenda setting, audiens bersifat pasif sehingga tidak bisa mengontrol
efek yang menimpanya. Agar tidak terjadi kesalahan dalam perolehan informasi
maka perlu untuk melek media atau Literacy Media. James Potter dalam bukunya
yang berjudul “Media Literacy” (Potter, 2001) mengatakan bahwa media Literacy adalah
sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika individu mengakses media
dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media.
(lanjutan silahkan hubungi saya di email : irfanumam99@gmail.com)
Komentar
Posting Komentar